iklan

Membangun Kesejahteraan Ummat

Akhir-akhir ini di media cetak, media elektronik dan media sosial diwarnai oleh berbagai demo, tuntutan warga terkait dengan berbagai macam persoalan hidup. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, karena pengaruh wabah yang melanda dunia saat ini. Aktifitas kita dibatasi, mencari nafkah menjadi terhambat. Orang menghalalkan segala cara untuk dapat sekedar makan. Semoga Allah swt senantiasa menjaga kita dan segera mengeluarkan kita dari kesulitan ini.

Mari senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Karena allah swt telah berjanji kepada orang yang bertaqwauntuk memberinya jalan keluar dari persoalan hidup yang dihadapi. Firman Allah swt:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا - وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Artinya:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Karena itu Rasulullah jauh hari telah memberikan tuntunan kepada kita agar kehidupan dunia kita semakin baik, Sabda Rasulullah saw:
قوام الدنيا بأربعة أشياء. أولها بعلم العلماء والثانى بعدل الأمراء والثالث بسخاوةالأغنياء والرابع بدعوة الفقراء.
Dunia dibangun atas empat perkara yang pertama ilmunya ulama, kedua adilnya penguasa, kedermawanan orang-orang kaya, dan keempat adalah doanya para miskin.

Pertama Ilmunya para ulama
Harus diketahui ulama itu dalam arti luas adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan, baik dalam sains, teknologi dan lebih khusus lagi dalam ilmu agama. Kita semua dengan ilmu yang kita miliki harus memposisikan diri sebagai ulama. Dengan demikian kita akan lebih menghargai diri sendiri, dan dapat memanfaatkan ilmu kita untuk membangun umat, agama, bangsa dan negara.

Sebagai Ulama haruslah mampu menjadi contoh, menjadi tauladan, menjadi uswah bagi mereka yang kurang berilmu. Menjadi pengajar, menjadi pengayom untuk membangun bangsa ini. Sebagaimana dahulu kemerdekaan diraih dengan pengorbanan para kia, para ulama.

Sebaliknya janganlah kita menjadi bagian dari yang melemahkan ulama. Tidak mau mendengarkan ceramahnya, masukannya, mengurangi aksesnya, menutup atau mempersulit pendirian pesantren dan lain sebagaianya. Insya allah ilmu para ulama kita, akan mencerahkan ummat, membangn bangsa dan mengurangi kekacauan di masyarakat kita.

Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hambaNya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan wafatnya para ulama’.  Ketika tersisa lagi seorang ulama’pun maka manusia bertanya kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) berftwa tanpa ilmu. Mereka sesat menyesatkan. (HR. Bukhari)

Kedua, Adilnya penguasa
Di TV kita saksikan pengambilan paksa jenazah COVID oleh keluarga, masyarakat terkesan tidak mau lagi diatur. Ketika ditanya mengapa berbuat demikian? mereka mejawab bahwa ini tidak adil. Akhirnya mereka mencari keadilan dengan caranya sendiri. Karena itu sangat penting untuk menebar keadilan ditengah-tengah masyarakat. Apalagi sebagai pemimpin, jangan sampai ada yang sakit hati, merasa terzolimi dibawah kepemimpnan kita.

Menjadi contoh adilnya pemimpin adalah para khulafaur rasyidin.
Abu Bakar ra, ketika baru dibaiat menjadi amirul mukminin. Beliau berdiri dihadapan masyarakat sembari berkata jika aku benar ikuti aku, jika aku keliru ingatkan aku. Ini salah satu ciri pemimpin yang adil.

Umar ra, senantiasa keluar di malam hari memantau kesejahteraan dan keadilan yang terjadi ditengah masyarakatnya. Beliau sering ke pasar melihat keadilan para pedagang, hingga suatu malam ketika beliau lewat di samping rumah sesorang, tanpa disengaja beliau mendengar percakapan seorang ibu dengan anak perempuannya. Di mana sang ibu ingin mencampurkan air ke dalam susu daganganya. namun sang anak menolaknya dengan alasan takut kepada Allah. Keesokan harinya Uma ra lalu datang kerumah tersebut menyampaikan bahwa dirinya mendengar seluruh percakapan sang Ibu dengan anaknya. Sang Ibu lalu meminta maaf kepada Umar ra, dan Umar melamar anak perempuan sang Ibu untuk anaknya Abdullah bin umar.

Juga sebagai contoh ketika datang seseorang dari negeri syam menuntut keadilan untuk dirinya, karena merasa dizholimi oleh seorang putra gubernur syam dalam berbisnis. Saat itu Umar menyurati gubernur syam untuk datang ke madinah bersama putranya. Setelah kedua belah pihak di interogasi oleh umar ra, beliaupun memutuskan untuk menjatuhkan hukum kepada anak seorang gubernur yang terbukti bersalah. Beliau menyerahkan tongkatnya kepada seorang yang terzolimi tersebut lalu menyuruhnya untuk memukul anak sang gubernur sebagai balasan. Inilah keadilan, semula yang terasa terzolimi dan sakit hati kini kembali tenang dan mendapatkan keadilan.

Rasa seperti inilah yang mesti diusahakan oleh setiap pemimpin. Termasuk kita semua adalah pemimpin bagi diri kita, keluarga kita, masyarakat kita. Jangan sampai ada yang merasa sakit di bawah kepemimpinan kita.

Ketiga, kedermawanan orang yang kaya
Islam telah mengajarkan agar janganlah uang itu hanya beredar dikalangan orang aya saja. Ada hak orang miskin di atas harta orang-orang kaya. Karenanya dalam agama kita ada kewajiban mengeluarkan zakat mal. Jika jumlahnya telah mencapai nisabnya yankni senilai 84 gram emas atau kalau sekarang setara dengan 84 x 950.000 = Rp. 80.000.000, dalam satu tahun. maka wajib kita keluarkan zakatnya 2 1/2 persen.

Di zaman Nabi, seorang sahabat yang sangat dermawan adalah Abdurrahman bin Auf, beliau seorang pengusaha sukses. Yang menginfakkan seluruh hartanya untuk membiayai perang melawan orang kafir.

Semoga kita menjadi seperti beliau, senang berinfak, bersedekah. Karena itulah harga kita yang sesuangguhnya, Sedekah dan infak kita juga akan menjadi penjaga bagi kita, penjaga harta kita dari marabahaya. Pencurian, kebakaran dan lain-lain. Karena itu marilah kita gemar bersedekah dan berinfak berinfak.

source image : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcVHMegoruyOnsY81GERl6Be8XOvi9_8V837qiECzEuNjZso1px5MHZPw6E2P97YqhN5OnXGPuFd4BkZcCsFhSbcqUXft-XwAe0HSK6uoqSBA9BNkPDwuIEZw9cD9zyB043vwTqI7rfpg/s640/1.jpg

Janji Allah swt:
 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui

Keempat Doanya orang-orang Miskin
Doa adalah senjata nya orang mukmin. Siapapun harus berdoa kepada Allah swt. Kita dicap sebagai orang sombong jika tidak mau berdoa kepada Allah swt. Doa juga dapat mengubah takdir kita.

Kalau empat hal ini sudah dilakukan maka insya allah negeri kita, masyarakat kita akan aman, makmur sejahtera. Sebaliknya jika ulama tidak mengamalkan ilmunya, ulama sudah tak dihargai. Pemimpin sudah tidak adil, orang kaya menjadi kikir, orang miskin enggan berdoa. Maka apa yang kita harapkan jauh panggang dari api

Wallahu a'lam
Pallangga-Gowa, 03 Juli 2020 
Disampaikan dalam Khutbah Jumat di Masjid Annur Taborong
Guru Sunardi I am a teacher. Selengkapnya bisa lihat di halaman "About Me' di blog ini

Belum ada Komentar untuk "Membangun Kesejahteraan Ummat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel