2.3.a.9 Koneksi Antar Materi - Coaching kaitannya dengan Pembelajaran Berdeferensiasi dan KSE
Tulisan ini merupakan tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Tahun 2021. Di dalam tulisan ini akan saya sajikan mengenai peran coach dikaitkan dengan pembelajaran berdeferensiasi dan kompetensi sosial emosional.
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan dunia Pendidikan saat ini. Pemikiran-pemikirannya menjadi acuan dan dasar pemerintah dalam memajukan pendidikan di indonesia. Program Guru Penggerak menjadi sarana memahamkan guru-guru akan pemikiran Ki Hajar Dewantara dan bagaimana mengimplementasikannya.
Menurut beliau bahwa pendidikan adalah proses menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodrat dan iradat yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh kebahagaian dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.
Untuk itu, salah satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam coaching guru berperan sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan pertanyaan untuk menggali segala potensi dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk mencari solusi. Kompetensi anak tersebut itulah yang disebut sebagai Kompetensi Sosial Emosional (KSE).
Guru sebagai coach sangat berperan penting dalam menciptakan kenyamanan bagi murid melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga timbullah rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid.
Dengan kemampuan dan keterampilan bertanya dari seorang coach dapat menyadarkan murid akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya sehingga murid tersebut mendapatkan solusi atas permaslahannya sendiri. Dalam proses coaching, sangat jelas terlihat bahwa guru dan murid adalah mitra dalam belajar.
Belajar bersama mengenali kekuatan yang dimiliki untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan murid. Kini, bukan zamannya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimana murid pun menjadi cemerlang dan bersinar. Untuk itu guru dapat membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan potensi dan kemampuan murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar.
Guru sebagai coach akan selalu berupaya untuk menggali kebutuhan belajar murid dengan mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid. Selain itu, secara social emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal.
Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah sosial emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.
Coaching yang dilakukan oleh coach kepada coachee membutuhkan empat keterampilan yaitu:
1) Keterampilan membangun dasar proses coaching,
2) Keterampilan membangun hubungan baik,
3) Keterampilan berkomunikasi, dan
4) Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Dalam proses coaching juga ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach yaitu model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan Umpan balik positif.
Dalam proses coaching guru harus pandai-pandai menggali dan membuat pertanyaan agar KSE anak terarahkan dengan baik dan benar. Caranya adalah dengan banyak berlatih dan melakukan coaching itu sendiri
Refleksi terhadap proses coaching di sekolah
Coaching adalah salah satu bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi murid untuk hidup sesuai kodratnya yang dimilikinya.
Coaching menjadikan murid dapat hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Coaching dapat menuntun murid untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar.
Coaching lebih kepada mengarahkan dan menumbuhkan kompetensi anak bukan membatu penyelesaian masalah anak secara langsung
Belum ada Komentar untuk "2.3.a.9 Koneksi Antar Materi - Coaching kaitannya dengan Pembelajaran Berdeferensiasi dan KSE"
Posting Komentar