Lentera Manusia
Rabu, 20 Februari 2019
Tulis Komentar
Lentera seringkali saya sepadankan dengan pelita. Padahal keduanya berbeda. Meskpiun secara eksistensi keduanya sama yakni penerang dalam kegelapan malam. Dalam arti yang lebih luas dapat berarti pengarah perjalanan agar manusia tidak tersesat. Saat ini istilah ini sudah jarang digunakan sebab sudah ada lampu senter, lampu jalan, lampu kendaraan dan lampu-lampu yang lain.
Lalu apa sesungguhnya lentera manusia itu. Lentera manusia adalah pada hatinya. Dari hatilah akan memancarkan cahaya ke lisanmu dan menjadi bicaramu. Kemudian pancarannya memenuhi tubuh lalu menjadi tindak tandukmu.
Hati yang bersih tentulah akan menjadi lentera yang begitu terang mengarahkan pemiliknya memiliki tutur dan perbuatan yang mulia. Sebaliknya hati yang kotor akan menjadi lentera yang tidak punya kekuatan apapun terhadap manusia. Pemilik lentera ini tentu akan tersesat. Lisan dan tindakannya pun akan hambar tak bernilai.
Sedikit kita keluar dari zona bahasan di atas, ternyata terdapat pula manusia yang antara hatinya, lisan dan perbuatannya tak bersesuaian. Hatinya berkata A namun tindakannya B. Dalam bahasa agama ini disebut “munafik”. Manusia seperti ini tak menggunakan hatinya sebagai lentera. Fungsi lentera miliknya ia abaikan, lalu memilih penerang lain yang itu adalah milik syaitan. Yakin di ujung perjalannya pasti akan tersesat.
Karenanya jagalah lentera tersebut. Jaga nyalanya agar tetap menerangi jalanmu. Jalan yang terang akan cepat sampai pada tujuan.ka jalanmu jelas ia akan sampai pada tujuan
Gowa, 20 Februari 2019
Malam setelah Isya
Belum ada Komentar untuk "Lentera Manusia"
Posting Komentar