iklan

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (1.1.a.9)

 Tulisan ini merupakan kesimpulan dan refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).

Pendidik harus memahami konsep pendidikan dengan benar. Pada tulisan kali ini akan disajikan bagaimana konsep pendidikan yang baik menurut Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Berikut beberapa pandangan-pandangan beliau:

KHD Memandang bahwa anak itu dilahirkan dengan bakat masing-masing yang sudah ia bawa sejak lahir. KHD mengibaratkan anak itu seperti bibit tumbuhan, dimana ia akan bertumbuh dengan baik jika mendapatkan perawatan, air, pupuk dan tempat yang subur.

Karena itu guru harus menjadi penuntun untuk anak-anak, guru mengarahkan anak ke jalan yang benar. Bibit anak yang sudah baik akan menjadi lebih baik lagi dibawah tuntunan seorang guru. 

Dalam mengajar guru harus “menghamba” kepada anak didiknya. Maksudnya apa?. Bahwa guru harus menjadikan anak sebagai subjek pendidikan, apa yang dilakukan oleh guru seyogyanya murni untuk perkembangan anak seutuhnya. Jangan sebaliknya, anak didik menjadi objek. Ini keliru

Hal lain yang mempengaruhi pendidikan anak menurut KHD adalah adanya kodrat alam dan kodrat zaman. Apa itu kodrat alam dan kodrat zaman?

Kodrat alam adalah potensi yang dibawa oleh anak sejak lahir, setiap anak memiliki potensi yang unik dan berbeda-beda.

Kodrat zaman adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak-anak yang mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya perkembangan teknologi, lingkungan rumah, lingkungan sekolah.

KHD memandang bahwa karakter adalah perpaduan antara pikiran, perasaan dan kemauan. Agar karakter anak baik maka oikiran dan perasaan anak harus senantiasa di arahkan oleh gurunya

Beliau juga berkeyakinan bahwa pendidikan yang baik akan mengantar pada kebudayaan yang baik pula. Karena itu proses pendidikan harus tetap terjaga dan memegang teguh prinsip-prinsip budaya bangsa yang telah mengakar sejak dulu. Kita boleh saja mengambil budaya luar, asal tidak bertentangan dengan budaya sendiri. Perlu adanya akulturasi, yakni memfilter dan mengambil budaya yang baik saja.

Terakhir menurut KHD tujuan pendidikan menurut beliau adalah "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Nah setelah mengetahui konsep-konsep di atas, maka sebagai pendidik harus mulai menerapkannya di kelas-kelas.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Kita harus memperlakukan anak sebagai subjek pendidikan, sebagai tujuan pendidikan, sebelumnya saya mempercayai teori pendidikan bahwa anak itu seperti kertas kosong, gurulah yang akan mengisi dan mewarnai anak tersebut. Ternyata itu keliru, karena anak sesungguhnya sudah lahir membawa bakatnya masing-masing.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? 

Kareana pemikiran saya tentang teori pendidikan itu berubah, maka serta merta ini juga mempengaruhi mempengaruhi perilaku saya dalam mendidik. Saya mulai menempatkan diri sebagai penuntun saja. Bersikap seperti petani, menempatkan bibit saya pada tempat yang sesuai, menempatkan anak-anak sesuai bakat dan minatnya masing-masing. Agar bisa bertumbuh secara sempurna. Jadi saya sebagai pendidik harus mengetahui potensi anak, sehingga saya tahu bahgaiaman harus mendidik anak didik saya.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  

Yang segera harus saya terapkan adalah bagaimana membuat anak nyaman di kelas saya, tentu dengan menjadikan kelas saya nyaman. memberikan kebebsan kepada anak dalam belajar.

Demikian kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara.


Guru Sunardi I am a teacher. Selengkapnya bisa lihat di halaman "About Me' di blog ini

1 Komentar untuk "Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (1.1.a.9)"

  1. Pada tanggal 3 Juli tahun 1922 KHD mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta.
    Tentunya lembaga ini berjalan dengan menerapkan pemikiran KHD.
    Setelah 99 tahun berdiri, ternyata secara empiris lembaga pendidikan ini tidak mampu mendapatkan pengakuan menjadi lembaga pendidikan yang berhasil. Padahal nilai suatu pemikiran tentunya harus dibuktikan secara empiris.
    Ada tiga kemungkinan penyebabnya :
    1. Pelaku di lapangan tidak mampu menerjemahkan pemikiran KHD dalam praktik pengelolaan pendidikan.
    2. Pemikiran KHD tidak sesuai dengan karakter peserta didik dan/atau karakter birokrasi pendidikan.
    3. Pemikiran KHD tidak sebaik yang kita bayangkan (mungkin kemungkinan ini tidak dapat kita terima).

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel